Wednesday, August 20, 2008

MEREKA MENODONG BUNG KARNO

Dinihari, tanggal 11 Maret 1966 merupakan saat-saat yang menggetarkan bagi Soekardjo Wilardjito. Waktu itu ia menyaksikan sendiri satu sekuel sejarah kelam bangsa ini. Empat jenderal mendadak mengunjungi Istana Bogor, mereka adalah Jenderal M. Yusuf, Amir Machmud, Basoeki Rachmat, dan M. Panggabean. Mereka meminta Presiden Sukarno untuk menandatangani sebuah surat yang sangat penting.

Dalam memoarnya ia menulis: Hanya mengenakan baju piyama, Bung Karno menemui keempat jenderal tersebut. Lantas Jenderal M. Yusuf menyodorkan sebuah surat dalam map warna merah jambu. Setelah membaca surat tersebut, dengan nada terkejut, Bung Karno spontan berkata: “Lho, diktumnya kok diktum militer, bukan diktum kepresidenan! “

Mendengar kata Presiden seperti itu, secara refleks aku yang berada di ruangan tersebut tak kalah terkejutnya. Surat itu tidak terdapat lambang Garuda Pancasila dan Kop surat tersebut bukan berbunyi Presiden Republik Indonesia, melainkan kop di kiri atas, Markas Besar Angkatan Darat (Mabad). “Untuk merubah, waktunya sudah sangat sempit. Tanda tangani sajalah, Paduka. Bismillah,” sahut Basoeki Rachmat, yang diikuti oleh M. Panggabean mencabut pisol FN 46 dari sarungnya.

Secepat kilat aku juga mencabut pistol. “Jangan! Jangan! Ya sudah kalau mandat ini harus kutandatangani, tetapi nanti kalau masyarakat sudah aman dan tertib, supaya mandat ini dikmbalikan kepadaku” Keempat jenderal itu lantas mengundurkan diri. “Mungkin aku akan meninggalkan istana, hati-hatilah engkau,” kata Bung Karno kepadaku.

Dan benar itu menjadi malam terakhirku berjumpa dengan Bung Karno…

Penulis : Soekardjo Wilardjito
ISBN : 978-602-8174- 06
Ukuran : 15 x 23 cm
Tebal : 354 halaman
Harga : Rp 59.000,-

No comments: